Lembaga Pendidikan AL-AMIN
Selasa, 16 Desember 2014
Banjari
BANJARI Adalah Julukan Dari Seni Musik Rebana , Yang Di Mainkan Minimal Oleh Dua Orang .
Menggunakan Teknik Memukul Rabban Dengan Tangan , Dan Menghasilkan Irama yang Nyaman untuk Di Nikmati Bersama Alunan Sholawat Nabi .
Dulunya kami Mengenal Banjari Hanya Menggunakan Dua orang , Yang Mengetuk rabbana Dengan Dua Kunci yang Berbeda namun Seirama , Kunci - Kunci Tersebut kami kenal dengan sebutan "Lanang" Dan "Wedok" ........ namun di berbagi daerah , dua kuncian tersebut memilki nama - nama yang berbeda , tapi tetap satu maksud . dan seiring berjalannya waktu , juga kreafitan dari para punggawa banjari , kini banjari di perlengkap Dengan Adanya Bass Dan Bedug kecil , bahkan ada yang menggunakan Piano ........
dan Ternyata peminat banjari malah lebih melunjak untuk saat ini , mengingat di indonesia mayoritas mislim , yang tidak menutup kemungkinan , begitu gemar mengulamakan sholawat Nabi .
kami harapkan , para generasi banjari selalu bisa menghadirkan iringan sholawat yang baik , dengan demikian tak akan ada kebosanan untuk bersholawat atas nabi kita Muhammad S.A.W.
marilah kita ajak orang orang sekitar kita , untuk rajin menghadiri sebuah majlis yaitu ( Pernikahan , Khitanan , Ulang Tahun ) , dengan Daya tarik Sholawat yang Di iringi alunan banjari ...
Murottal
Murottal adalah membaca Al-Quran yang memfokuskan pada dua hal yaitu kebenaran bacaan dan lagu Al-Quran. Karena konsentrasi bacaan difokuskan pada penerapan tajwid sekaligus lagu, maka porsi lagu Al-Quran tidak dibawakan sepenuhnya, tetapi hanya pada nada asli atau sedang.
Membaca ayat-ayat Al-Quran terasa lebih indah dan menyentuh jika dilagukan dengan irama yang indah pula.
Firman Allah Ta’ala,
“Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan/tartil.” (Q.S Al Furqan 32)
Dibawah ini kami persembahkan 7 murottal dalam bentuk formula dan contohnya yang dibawakan oleh Mentor Leyla Fitri Az-Zaki, semoga dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya.
Selamat belajar dan berlatih !
1. Bayyati
2. Shobah
3. Hijaz
4. Nahawand
5. Sikah
6. Rost
7. Jiharkah
Pembelajaran Qiroati
SEJARAH QIROATI
Berawal dari ketidakpuasan dan prihatin melihat proses belajar mengajar Al Quran di madrasah, mushala, masjid dan lembaga masyarakat muslim yang pada umumnya belum dapat membaca AI Ouran dengan baik dan benar, Almarhun KH. Dachlan Salim Zarkasyi, tergugah untuk metakukan pengamatan dan mengkaji secara seksama lembaga-lembaga di atas dimana ternyata metode yang dipergunakan oleh para guru dan pembimbing Al Quran dinilai lamban, ditambah sebagian guru ngaji (ustadz) yang masih asal-asalan mengajarkan Al Quran sehingga yang diperoleh kurang sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Hal itulah yang mendorong Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi pada tahun 1963 memulai menyusun metode baca tulis Al Quran yang sangat praktis. Berkat Inayah Allah beliau telah menyusun 10 jilid yang dikemas sangat sederhana. Almarhum KH. Dachlan Salim Zarkasyi dalam perjalanan menyusun metode baca tulis Al Quran sering melakukan studi banding keberbagai pesantren dan madrasah Al Quran hingga beliau sampai ke Pesantren Sedayu Gresik Jawa Timur (tepatnya pada bulan Mei 1986) yang pada saat itu dipimpin oleh Almukarram K.H. Muhammad. Almarhum K.H. Dachlan Salim Zarkasyi tertarik untuk melakukan studi banding sekaligus bersilaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik, karena TK Al Quran balitanya (4-6 tahun), yang dirintis oleh K.H. Muhammad sejak tahun 1965 dengan jumlah muridnya 1300 siswa yang datang dari berbagai kepulauan yang ada di Indonesia. Maka dapat disimpulkan TK Al Quran Sedayu adalah TK Al Quran pertama di Indonesia bahkan di dunia.
Sebulan setelah silaturahmi ke Pesantren Sedayu Gresik tepatnya pada tanggal 1 Juli 1986 , KH. Dachlan Salim Zarkasyi mencoba membuka TK Al Quran yang sekaligus mempraktekan dan mengujikan metode yang disusunnya sendiri dengan target rancana 4 tahun seluruh muridnya akan khatam Al Quran. Berkat Inayah Allah SWT., diluar dugaan dalam perjalanan 7 bulan ada beberapa siswa yang telah mampu membaca beberapa ayat Al Quran, serta dalam jangka waktu 2 tahun telah menghatamkan Al Quran dan mampu membaca dengan baik dan benar (bertajwid).
TK Al Quran yang dipimpinnya makin dikenal keberbagai pelosok karena keberhasilan mendidik siswa-siswinya. Dari keberhasilan inilah banyak yang melakukan studi banding dan meminta petunjuk cara mengajarkan metode yang diciptakannya. K.H. Dachlan Salim Zarkasyi secara terus-menerus melakukan evaluasi dan meminta penilaian dah para Kyai Al Quran atas motode yang diciptakannya.
Atas usul dari Ustadz A. Djoned dan Ustadz Syukri Taufiq, metode ini diberi istilah dengan nama "QIRAATI" dibaca "QIROATI" yang artinya BACAANKU (pada saat itu ada 10 jilid).
Memperhatikan perjalanan sejarah penyusunan metode Qiroati, tampaknya K.H. Dachlan Salim Zarkasyi sangat didukung oleh para Kyai umul Quran, walaupun menurut penuturannya beliau ini bukanlah santri namun kehidupannya selalu dekat dengan para Kyai sehingga tampak tawadu', mukhtish dan berwibawa.
Atas restu para Kyai metode Qiroati selanjutnya menyebar luas dan digunakan sebagai materi dasar dalam pengajaran baca tulis Al Quran di masjid, madrasah, TKA, TPA, TPQ, Pesantren dan Sekolah Umum.
Qiroati diminati oteh mayoritas para pendidik Al Ouran dikarenakan memiliki beberapa perbedaan dengan metode lain diantaranya :
- Berkesinambungan antara halaman ke halaman berikutnya.
- Berkesinambungan antara jilid satu dan seterusnya
- Disesuaikan dengan usia para pelajar Al Quran
- Kata dan kalimatnya tidak keluar kaidah ayat-ayat Al Quran tidak kedaerahan
- Setiap Pokok Bahasan sudah diterapkan ilmu Tajwid
- Dilengkapi Petunjuk mengajar setiap Pokok Bahasan
- Dilengkapi Buku Gharib, Musykilat dan Tajwid Praktis
- Sangat mudah untuk diucapkan
Dari tahun ketahun perkembangan Qiraati makin meluas keseluruh pelosok negeri bahkan di beberapa negara asing tercatat sampai tahun 2000 telah masuk kenegara Australia, Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura.
Dari perkembangan tersebut Almarhum K,H. Dachian Salim Zarkasyi tidak terlalu gembira bahkan merasa khawatir karyanya ini disalah gunakan yang berbau bisnis belaka, untuk itu pada tahun 1990 beliau mengundang seluruh kepala TKA/TPA dan Lembaga yang mempergunakan Qiroati pada suatu acara Silatnas Nasional untuk mentashhih ulang para kepala TKA/TPA dan pengelola Qiroati sekaligus menunjuk Koordinator tingkat Propinsi dan Kota Besar yang ada di Indonesia, Dari hasil Silatnas Qiroati tersebut ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi, yang merupakan amanat untuk seluruh pengguna Qiroati, diantaranya :
- Saya tidak ingin menyebarkan luaskan Qiroati tetapi ingin menyebarkan ilmu Qiroati yang saya ijazahkan."
- Qiroati tidak untuk diperjualbelikan secara bebas.
- Siapa saja boleh belajar dan mengaiarkan Qiroati dengan syarat mau ditashhih.
Selasa, 09 Desember 2014
Pendidikan tarikh Islam
Tarikh secara bahasa berarti ketentuan waktu. Secara pengertian tarikh
adalah ilmu yang menggali peristiwa-peristiwa masa lampau agar tidak
dilupakan. Ilmu tarikh sepadan dengan pengertian ilmu sejarah pada
umumnya.
Awalnya, tarikh bermakna penetapan bulan kemudian meluas menjadi kalender dalam pengertian umum. Dalam perkembangan selanjutnya, tarikh bermakna pencatatan peristiwa. Semakin maju, ilmu tarikh menjadi lebih luas dan beragam sesuai dengan perkembangan teknologi pencatatan itu sendiri.
Beberapa pembagian ilmu tarikh, di antaranya peristiwa sejarah secara umum, seperti Tarikh at-Tabari, Tarikh Ibn Asr, kemudian biografi seperti Mu’jam Ibnu Khallikan, pembukuan peristiwa tahun demi tahun (hauliyyat), pembukuan berita-berita secara kronologis (khabar), dan silsilah.
Kedudukan ilmu tarikh pada awalnya bukan menjadi perhatian utama para ulama. Baru antara tahun 170-194 H, saat ulama dan pemikir Islam mengenal klasifikasi ilmu, ilmu tarikh mulai dimasukkan sebagai salah satu cabang ilmu. Meskipun saat itu ilmu tarikh tidak berdiri sendiri namun masih menjadi bagian dari ilmu lain.
Para ulama juga tidak sama memandang klasifikasi ilmu tarikh. Misalnya, Ibnu Nadim dalam al-Fihrist menempatkan ilmu tarikh di antara bab-bab mengenai bahasa Arab dan sastra. Al-Khawarizmi menempatkan ilmu tarikh sebagai bagian dari enam pengetahuan ilmu agama, yakni fikih, akidah, bahasa Arab, menulis, sastra, dan khabar.
Dalam kitab Rasail Ikhwani as-Safa ilmu biografi dan tarikh dipandang sebagai ilmu dasar sederajat dengan menulis, membaca, bahasa Arab, dan puisi. Ilmu yang lebih tinggi dari itu merupakan ilmu agama. Ibnu Hazm dalam Maratib al-Ulim wa Kaifiyyah Talabuha bahkan memasukkan tarikh ke kurikulum persiapan dari ilmu fisika, matematika, dan linguistik.
Buku yang digunakan:
Awalnya, tarikh bermakna penetapan bulan kemudian meluas menjadi kalender dalam pengertian umum. Dalam perkembangan selanjutnya, tarikh bermakna pencatatan peristiwa. Semakin maju, ilmu tarikh menjadi lebih luas dan beragam sesuai dengan perkembangan teknologi pencatatan itu sendiri.
Beberapa pembagian ilmu tarikh, di antaranya peristiwa sejarah secara umum, seperti Tarikh at-Tabari, Tarikh Ibn Asr, kemudian biografi seperti Mu’jam Ibnu Khallikan, pembukuan peristiwa tahun demi tahun (hauliyyat), pembukuan berita-berita secara kronologis (khabar), dan silsilah.
Kedudukan ilmu tarikh pada awalnya bukan menjadi perhatian utama para ulama. Baru antara tahun 170-194 H, saat ulama dan pemikir Islam mengenal klasifikasi ilmu, ilmu tarikh mulai dimasukkan sebagai salah satu cabang ilmu. Meskipun saat itu ilmu tarikh tidak berdiri sendiri namun masih menjadi bagian dari ilmu lain.
Para ulama juga tidak sama memandang klasifikasi ilmu tarikh. Misalnya, Ibnu Nadim dalam al-Fihrist menempatkan ilmu tarikh di antara bab-bab mengenai bahasa Arab dan sastra. Al-Khawarizmi menempatkan ilmu tarikh sebagai bagian dari enam pengetahuan ilmu agama, yakni fikih, akidah, bahasa Arab, menulis, sastra, dan khabar.
Dalam kitab Rasail Ikhwani as-Safa ilmu biografi dan tarikh dipandang sebagai ilmu dasar sederajat dengan menulis, membaca, bahasa Arab, dan puisi. Ilmu yang lebih tinggi dari itu merupakan ilmu agama. Ibnu Hazm dalam Maratib al-Ulim wa Kaifiyyah Talabuha bahkan memasukkan tarikh ke kurikulum persiapan dari ilmu fisika, matematika, dan linguistik.
Buku yang digunakan:
Pembelajaran Bahasa Arab
Bahasa
Arab adalah bahasa Agama Islam dan bahasa Al-Qur’an, seseorang tidak
akan dapat memahami kitab dan sunnah dengan pemahaman yang benar dan
selamat (dari penyelewengan) kecuali dengan bahasa Arab. Menyepelekan
dan menggampangkan Bahasa Arab akan mengakibatkan lemah dalam memahami
agama serta jahil (bodoh) terhadap permasalahan agama.Pendidikan bahasa
Arab sangat dibutuhkan dewasa ini di Indonesia. mengingat sedikitnya
lembaga pedidikan yang mengajarkan bahasa Arab dibandingkan dengan
bahasa asing lainnya di negri yang mayoritas penduduknya muslim dan
populasi muslim terbesar di dunia saat ini.Tidak perlu diragukan lagi,
memang sepantasnya seorang muslim mencintai bahasa Arab dan berusaha
menguasainya. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa
Al-Qur’an karena bahasa Arab adalah bahasa yang terbaik yang pernah ada
sebagaimana firman Allah:
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.”Buku Yang digunakan:
Langganan:
Postingan (Atom)